1. Mitos Bisnis Amoral
Mitos
Bisnis Amoral itu sendiri adalah Mitos atau ungkapan yang menggambarkan bahwa
antara bisnis dengan moralitas atau etika tidak ada hubungannya sama sekali.
Kenapa terjadi demikian? Umpama-kan bisnis sebagai ‘anda bemain judi di Las Vegas ’ pastinya anda
menghalalkan segala cara untuk menang bukan?termasuk menipu lawan-lawan anda.
Namun mitos
ini tidak sepenuhnya benar, Kenapa demikian? Bagi pebisnis yang menginginkan
bisnisnya lancar dan tahan lama, segi materi tidaklah cukup untuk menjaganya,
mereka butuh pengetahuan, pengalaman yang luas untuk dapat meraih tujuan
tersebut.
1. Bisnis tidak sepenuhnya atau 100% judi
Bisnis memang
mempertaruhkan uang, tapi Itu juga mempertaruhkan nama baik, keluarga dan
lain-lain di luar uang
2. Bisnis memerlukan strategi yang kokoh
Walaupun
bisnis bisa dibilang sama dengan permainan, tapi permainan ini penuh dengan
perhitungan dan tidak sembarangan sehingga tidak merugikan orang lain bahkan
diri sendiri.
3. Perbedaan antara Legalitas dengan Moralitas
Legalitas dan
Moralitas berkaitan satu sama lain tapi tidak identik. Hukum memang
mengandalkan Legalitas dan Moralitas, tapi tidak semua Hukum dengan Legalitas
yang baik ada unsur Moralitasnya, contohnya Praktek Monopoli.
4. Etika harus dibedakan dari ilmu empiris
ilmu empiris
ibarat ilmu pasti seperti matematika, suatu kenyataan bisa dijadikan patokan
dalam pembuatan keputusan selanjutnya, namun lain halnya dengan etika, etika
memang melihat kenyataan sebagai pengambilan keputusan dan perbedaannya
terletak pada unsur-unsur pertimbangan lain di dalam pengambilan keputusan.
2. Keutamaannya etika bisnis
1. Dalam bisnis modern, para
pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang profesional di bidangnya.
Perusahaan yang unggul bukan hanya memiliki kinerja dalam bisnis,manajerial dan
finansial yang baik akan tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik.
2. Dalam persaingan
bisnis yang sangat ketat,maka konsumen benar-benar raja Kepercayaan konsumen
dijaga dengan memperlihatkan citra bisnis yang baik dan etis.
3. Dalam sistem
pasar terbuka dengan peran pemerintah yang menjamin kepentingan dan hak bagi
semua pihak, maka perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis.
3. Sasaran dan lingkup etika
bisnis
1. Etika bisnis bertujuan untuk
menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya secara baik dan etis.
2. Untuk menyadarkan masyarakat
khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat luas akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun
juga.
3. Etika bisnis juga berbicara
mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek
bisnis.
4. Prinsip-prinsip etika
bisnis
1. Prinsip otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia
untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang
apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran
a.Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak
b.Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga sebanding
c.Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
b.Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga sebanding
c.Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
3. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang
diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan
kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggung jawabkan.
5. Prinsip utama etika
bisnis
Prinsip utama menjaga etika bisnis
adalah harus menjadi pebinis yang baik. Prinsip moral menjadi orang baik itu
banyak. Banyak yang menjadi kesepakatan umum, Artinya, yang memenuhi prinsip
moral untuk komunitas yang lebih besar. Dalam dunia bisnis, ada beberapa
prinsip moral utama agar menjadi pebisnis yang baik.
Pertama, Kejujuran. Ini ad alah landasan dari
kepercayaan, kepercayaan adalah landasan dari bisnis yang sehat. Salah satu
figure yang jelas adalah Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedagang yang maju
karena menjunjung tinggi kejujuran.
Kedua, taat kepada hukum dan aturan di suatu negara.
Ini perlu dipenuhi, salah satunya adalah membayar pajak.
Ketiga, bersedia untuk berbagi. Meski ada persaingan,
tidak berarti harus saling menuduh. Menang dalam bisnis, bukan berarti membunuh
lawan.
Keempat, menjaga lingkungan hidup. Jika pebisnis
peduli pada bisnisnya, maka mereka harus peduli pada lingkungan dan masyarakat
di sekitarnya. Sebab itu menyangkut generasi yang akan datang.
6. Etos kerja
Etos kerja dapat
diartikan sebagai konsep tentang kerja yang diyakini seseorang atau
sekelompok orang sebagai baik dan benar yang diwujudkan melalui perilaku
kerja. Etos kerja berhubungan dengan beberapa hal, seperti:
- orientasi ke masa depan, yaitu segala sesuatu direncanakan dengan baik, baik waktu, kondisi untuk ke depan agar lebih baik dari kemarin
- menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu merupakan hal yang sangat penting guna efesien dan efektivitas bekerja
- tanggung jawab, yaitu memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan ketekunan dan kesungguhan
- hemat dan sederhana, yaitu sesuatu yang berbeda dengan hidup boros, sehingga bagaimana pengeluaran itu bermanfaat untuk kedepan
- persaingan sehat, yaitu dengan memacu diri agar pekerjaan yang dilakukan tidak mudah patah semangat dan menambah kreativitas diri.
7. Realisasi Moral Bisnis
Tiga pandangan umum yang dianut :
1. Norma etis berbeda antara satu tempat dengan
tempat yang lain.
‘’Kalau
di Roma, bertindaklah sebagaimana dilakukan orang roma’’(kubu komunitarian).
Artinya perusahaan harus mengikuti norma
dan aturan moral yang berlaku di negara itu.
2.
Norma sendirilah yang paling benar
dan tepat
“Bertindaklah
di mana saja sesuai dengan prinsip yang dianut dan berlaku di negaramu
sendiri”.Pandangan ini mewakili kubu moralisme universal, bahwa pada
dasarnya norma dan nilai moral berlaku universal (prinsip yang dianut sendiri
juga berlaku di negara lain).
3.
Tidak ada norma moral yang perlu
diikuti sama sekali (De George menyebutnya sebagai dengan”immoralis
naif”).
8. Pendekatan-pendekatan
Stockholder
Kelompok-kelompok Stockholder :
1. Kelompok
primer. Pemilik modal atau
saham, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur dan pesaing atau
rekanan. Perusahaan harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan
kelompok ini.
2. Kelompok
sekunder.
Pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa , kelompok pendukung, masyarakat.
http://apriyantihusain.blogspot.com/2012/04/prinsip-etis-dalam-berbisnis.html
http://ekaapradana.blogspot.com/2013/10/pendekatan-stockholder.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar